SURABAYA - Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus berinovasi tak hanya di bidang sains dan teknologi, namun juga di bidang kreativitas seni. Lewat tim Pengabdian kepada Masyarakat (Abmas) yang terdiri dari beberapa dosen dari Fakultas Desain Kreatif dan Bisnis Digital (FDKBD) ITS berkolaborasi bersama untuk mengembangkan Surabaya Design Center (SDC).
SDC yang berlokasi di Jalan Kayoon, Surabaya ini berupa sebuah co-working space milenial yang ditujukan untuk mendesain busana mode, perhiasan, aksesoris, dan multimedia. Proyek yang diresmikan penggunaannya pada Sabtu (17/6) lalu ini dikoordinasi oleh Pusat Kajian Kebijakan Publik, Bisnis, dan Industri (PKKPBI) ITS.
Ketua PKKPBI ITS Dr Ir Arman Hakim Nasution MEng mengatakan, SDC ini terbuka tidak hanya untuk mahasiswa ataupun pakar, melainkan juga siswa SMA/SMK maupun masyarakat umum lainnya yang memiliki ketertarikan di bidang desain. Arman berharap co-working space ini dapat menjaring kaum milenial kreatif, baik mahasiswa maupun tidak, dan mempertemukan mereka untuk mempromosikan kolaborasi seni. “Dengan ini kami berharap dapat lebih menggerakkan seni dan budaya di masyarakat, ” ujar dosen Departemen Manajemen Bisnis ITS ini.
Untuk mewadahi kreativitas kaum milenial, SDC tentunya dilengkapi dengan beberapa alat yang memadukan teknologi dengan seni seperti 3D printer, headset virtual reality (VR), dan lain sebagainya. Kedua alat ini diharapkan dapat membantu para pengguna co working space ini dalam merealisasikan kreativitas seni mereka baik secara fisik maupun virtual.
Sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat, SDC menawarkan event-based education kepada masyarakat umum yang bertujuan memberikan edukasi untuk memahami desain secara lebih mendalam. Dalam arti lain, SDC akan menyelenggarakan berbagai acara yang seru seperti membatik dan mewarnai agar masyarakat sekitar lebih mengerti mengenai seni desain.
Untuk sekarang, menurut Arman, SDC masih merupakan hasil luaran abmas yang harapannya dapat membantu masyarakat sekitar. Namun, Arman berharap agar SDC dapat berkembang menjadi sebuah franchise bisnis yang menguntungkan agar SDC dapat berdiri sendiri tanpa pembiayaan dari luar.
Demi mencapai tujuan ini, dikatakan Arman, ITS berencana untuk membuka design center serupa di kota-kota lainnya secara nasional melalui kolaborasi dengan berbagai pihak perguruan tinggi lainnya. Upaya ini dipelopori oleh Asosiasi Dosen Integrator Desa (Adides) yang terdiri dari para dosen dari beberapa perguruan tinggi di luar ITS. “Kita sementara ini masih berfokus untuk mengembangkan di Jawa dan Bali, ” tutur Arman. (HUMAS ITS)
Reporter: Kevin Bahari Pratama